Buruknya Dampak Kebiasaan Menunda-nunda Dalam Mengelola Keuangan

Dalam istilah keuangan keluarga, "waktu adalah uang". Jika Anda menunda keputusan keuangan yang perlu dibuat, itu dapat merugikan Anda, tetapi jika Anda melakukannya lebih awal, itu dapat menyelamatkan Anda dari kemakmuran. Ini benar? Semua keputusan ada di tangan Anda.

Rick Edelman, seorang perencana keuangan terpercaya dari Amerika, menyatakan dalam bukunya The Truth About Money bahwa setidaknya ada empat masalah besar yang menyebabkan orang gagal menciptakan kehidupan sejahtera seperti yang mereka harapkan, yaitu:

Buruknya Dampak Kebiasaan Menunda-nunda Dalam Mengelola Keuangan


Buruknya Dampak Kebiasaan Menunda-nunda Dalam Mengelola Keuangan

1. Kebiasaan menunda- nunda.

2. Kebiasaan belanja (spending habit).

3. Inflasi terus naik (inflasi). Dan…

4. Pajak

Dua hal pertama yang disebutkan Edelman lebih merupakan masalah pribadi/personal, sedangkan dua lainnya dapat dikatakan sebagai masalah “sosial”. Atau dapat juga dikatakan bahwa dua hambatan yang pertama merupakan faktor “internal”, sedangkan dua hambatan lainnya merupakan faktor “eksternal”.

Faktor 'internal' harus ditangani dan diselesaikan pada tingkat pribadi. Sikap menunda-nunda dalam perencanaan keuangan merupakan faktor utama tidak tercapainya kehidupan yang sejahtera di masa depan. Menunda perencanaan keuangan untuk mempersiapkan biaya pendidikan anak, misalnya, bisa berdampak negatif dalam jangka panjang. Akibatnya, anak-anak kita tercinta bisa kehilangan kesempatan untuk menikmati proses belajar di lembaga yang berkualitas karena keterbatasan dana. Demikian pula dalam hal penyiapan dana pensiun. Mereka yang tidak mempersiapkan diri dengan baik - idealnya dalam waktu 30-40 tahun sebelum pensiun - dapat menimbulkan masalah bagi pihak lain (baik keluarga maupun pemerintah) di kemudian hari.

Berbeda dengan faktor “internal” yang lebih merupakan tanggung jawab pribadi, faktor “eksternal” berkaitan dengan kondisi sosial dan ekonomi negara. Tidak banyak orang yang dapat mempengaruhi laju inflasi dan regulasi perpajakan di suatu negara. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor poleksosbudhankam yang sangat kompleks yang dapat melebihi kemampuan pemerintah akibat hubungan dalam skala regional hingga internasional dan global. Yang dapat dilakukan individu untuk mengatasi hal ini adalah mengantisipasi berbagai kemungkinan yang akan muncul dengan mengambil pelajaran dari sejarah masa lalu. Artinya, meskipun kita tidak dapat mengendalikan inflasi dan pajak, kita tetap dapat menentukan sikap pribadi kita terhadap hal-hal tersebut.

Biaya mahal yang harus dibayar!

Waktu adalah faktor terbesar dalam menentukan nilai uang. Misalnya, Anda dapat menghemat 10 juta rupiah dengan bunga 8 persen per tahun/bersih. Tahun depan, tentu saja, Anda akan mengharapkan investasi Anda bernilai lebih dari 10 juta rupiah atau tumbuh menjadi 10.800.000 rupiah. Kalau disimpan di bawah bantal, Rp 10 juta tetap sama dengan Rp 10 juta per tahun. Bahkan bisa turun karena inflasi.

Penemuan terpenting dalam sejarah keuangan adalah bunga majemuk. Prinsip bunga majemuk adalah bahwa bunga yang diperoleh dari investasi akan ditambahkan kembali ke investasi awal dan bunga yang dikembalikan. Jadi return yang akan Anda dapatkan di tahun-tahun mendatang tidak hanya dari investasi awal yang Anda lakukan tetapi juga dari bunga yang diperoleh selama uang tersebut diinvestasikan.

Mari kita lihat rincian yang sebenarnya. Seperti contoh di atas, jika Anda menabung Rp 10 juta dengan bunga 8 persen per tahun/bersih. Setelah satu tahun, nilainya akan tumbuh menjadi Rp 10.800.000. Anda terus berinvestasi di dalamnya. Setelah tahun kedua berlalu, Anda akan mendapatkan keuntungan 8 persen lagi tetapi bukan Rp10 juta melainkan Rp10.800.000 atau pada akhir tahun kedua investasi Anda akan meningkat menjadi Rp. 11.664000. Semakin lama jangka waktu investasi maka nilai investasi Anda juga akan meningkat sejalan dengan perhitungan suku bunga.

Tidak peduli berapa harga yang Anda peroleh dari investasi Anda, waktu akan memberi Anda tingkat pengembalian yang luar biasa. Tetapi dengan kenaikan suku bunga hanya satu poin, nilai keuntungan yang bisa diperoleh akan meningkat secara eksponensial.

Andy berusia 25 tahun, Totti berusia 35 tahun, dan Anto berusia 45 tahun. Masa pensiun mereka adalah 55 tahun. Saksikan perkembangan investasi yang mereka lakukan setiap bulan dengan Rp 1 juta dengan tingkat bunga 8 persen. Dalam kehidupan nyata, pajak mempengaruhi dan mengurangi jumlah keuntungan yang bisa Anda peroleh.

Jelas dari tabel di atas bahwa harga yang harus dibayar akibat kebiasaan menunda-nunda sangat mahal. Jika Anda menunda 10 tahun (usia Anda saat ini 25), dengan nilai investasi Rp 100 juta dan asumsi bunga 6 persen, pada usia 55, Anda hanya akan mendapatkan sekitar Rp 320 juta. Jika Anda tidak menunda, Anda bisa mendapatkan sekitar Rp 574 juta.

Satu-satunya tindakan yang perlu Anda lakukan adalah melakukan perencanaan keuangan keluarga yang komprehensif sekarang. Jangan terlambat tidak peduli berapa usia Anda. Karena menunda keputusan tentang masalah keluarga harus membayar harga yang mahal di masa depan.

Ambil Tindakan Sekarang...!!



Subscribe to receive free email updates: